PROGRAM DOKUMENTER “ Belalang Kehidupanku”
Production Company : Produser : Pitria Wiguna
Project Title :
Belalang Kehidupanku Director : Panit Raharjo & Baihaqi
Durasi : 30 menit Penulis
Naskah : Eva & Erica
Sebuah
kisah tentang seorang bocah yang berjuang mempertahankan hidupnya melawan kejamnya
dunia dengan belalang sebagai topangan hidup. Bangkit, seorang anak dari sebuah
keluarga di dusun Teguhan Desa Wunung Kecamatan Wonosari Yogjakarta yang serba
kekurangan perekonomian baik sandang maupun pangan, berjuang seorang diri
mencari nafkah dengan memburu belalang. Bersama teman – temannya yang berprofesi
sama, kesehariannya kegiatan mereka pergi ke hutan untuk mencari belalang tanpa
memikirkan bahaya binatang – binatang buas. Meski bangkit putus sekolah akan
tetapi dia anak yang cerdas,dan meski harus merelakan masa kanak – kanaknya
hanya untuk mencari serangga belalang sebagai mata pencaharian untuk makan
dirinya dan menafkahi kakek dan neneknya yang sudah tidak sanggup lagi
melakukan pekerjaan karena faktor usia.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TREATMENT
PROGRAM DOKUMENTER “ Belalang Kehidupanku”
Production Company : Produser : Pitria Wiguna
Project Title :
Belalang Kehidupanku Director : Panit Raharjo & Baihaqi
Durasi :
00 menit Penulis
Naskah : Eva & Erica
Cerita diawali dengan suasana pagi hari di
Desa Wunung Kecamatan Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Disudut desa tepatnya
di dusun Tenguhan terdapat rumah sederhana yang didalamnya tinggal seorang anak
bersama kakek dan neneknya. Bangkit yang sudah ditinggal orang tuanya sejak
kecil terpaksa harus sekolah sambil bekerja. Pagi itu disebuah ruangan kecil
dan sempit, Bangkit bangun dari tidurnya dan langsung pergi kekamar mandi.
Selesai mandi Afi bersiap-siap mengenakan pakaian untuk berladang mencari rumput.
Beberapa saat kemudian Bangkit sudah siap untuk berangkat berladang dan
berpamitan kepada nenek dan kekeknya. Dengan semangat Bangkit membawa alat –
alat untuk berladang. Sesampainya diladang dia langsung terjun mencari rumput
untuk umpan kambing yang ia pelihara . Pekerjaan mencari rumput ia kerjakan
dari pagi hari hingga siang nanti sampai
kira – kira ia mendapatkan rumput yang cukup .
Bangkit kembali kerumah membawa rumput
yang ia dapat untuk kambingnya di rumah. Sesampainya dirumah. Sesampainya
dirumah Bangkit mengganti pakkaian yang biasa dia pakai ke ladang dengan
pakaian sehari-hari kemudian menyantap makan siang seadanya. Setelah perut
terasa kenyang, Bangkit langsung bergegas memepersiapkan alat-alat untuk
berburu serangga belalang. Kali ini dia tidak menggunakan sepeda, perjalanan
menuju hutan ia lakukan dengan berjalan kaki. Bersama beberapa temannya dengan
riang Bangkit melewati jalan terjal dan sungai. Walaupun ada saja hambatan
untuk menuju kehutan, Bangkit dan teman-temannya tidak pernah mengeluh, mereka
tetap semangat demi mendapatkan serangga belalang.
Akhirnya setelah perjalanan yang cukup
melelahkan mereka sampai dihutan dan mulai menyusuri satu pohon ke pohon lain
mencari belalang. Terik matahari dan
bahaya binatang buas seperti ular, harimau dan lainnya tidak menyulutkan semangat
mereka. Dengan alat sederhana Bangkit mulai mendapatkan belalang, satu per satu
belalang itu ia kumpulkan. Panas yang menyengat, Bangkit pun beristirahat di
sebuah gubuk dihutan untuk sejenak melepas lelah sambil melantunkan
nyanyian-nyanyian jawa. Setelah lelahnya terasa berkurang, ia langsung
melanjutkan mencari belalang. Kali ini Bangkit beruntung karena hasil buruannya
lumayan banyak, terkadang buruan yg ia dapat sedikit bahkan tidak dapat sama
sekali.
Hari sudah mulai sore Bangkit pun beranjak
pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang ia menawarkan hasil buruannya tersebut
kepada orang atau warga desa yang membutuhkan belalang tersebut. Bangkit juga
mendatangi rumah-rumah penduduk dengan harapan mau membeli belalang hasil
buruannya. Setelah sebagian terjual Bangkit melanjutkan perjalanan pulang ke
rumah. Setibanya di rumah Bangkit langsung disambut oleh neneknya dan memberikan
uang hasil penjualan belalang serta sisa hasil buruan yang tidak terjual kepada
neneknya.
Setelah beristirahat sebentar, Bangkit
bersiap-siap beranjak menuju masjid untuk mengaji. Walaupun Bangkit tidak
memiliki banyak waktu luang tetapi ia tetap menyempatkan waktu untuk menimba
ilmu agama. Adzan magrib pun berkumandang, Bangkit beranjak mengambil wudhu dan
sholat magrib di masjid. Setelah selesai sholat Bangkit langsung pulang ke
rumah. Di rumah nenek dan kakeknya sudah menunggu Bangkit untuk makan bersama
dengan lauk belalang hasil tangkapannya tadi siang yang sudah diolah oleh neneknya.
Setelah selesai makan meski Bangkit
putus sekolah walaupun dengan penerangan
yang sangat minim. Biarpun keadaannya serba kekurangan, tetapi Bangkit tetap
rajin belajar, dia tidak ingin menyia-nyikan waktu selama ia masih bisa bersekolah.
Malam semakin larut Bangkit pun sudah mulai mengantuk, dia beranjak tidur
karena keesokan harinya harus memulai rutinitasnya lagi.
Masalah
Yang menjadi topik program ini adalah kehidupan seorang anak Pencari
belalang. Dalam kesehariannya belalang serangga yang sering dijadikan konsumsi
bagi masyarakat pinggiran yogyakarta. Serangga belalang tersebut bagi orang
awam mungkin tidak layak untuk di konsumsi, namun masyarakat pinggiran
yogyakarta minoritas mengkonsumsi serangga tersebut sebagai lauk pauk karena
keterbatasan ekonomi. Sehingga beberapa masyarakat tidak mampu membeli lauk
pauk yang layak seperti masyarakat lain. Sesuatu hal yang mungkin tidak banyak orang tau bahwa belalang dapat
dikonsumsi sebagai lauk pauk. Dimana peran pemerintah dalam menanggulangi
kemiskinan di pinggiran kota agar masyarakat tersebut dapat ikut merasakan kehidupan yang layak.
Bangkit seorang seorang bocah kecil yang masih duduk di sekolah dasar.
Setiap hari nya harus melakukan aktifitas seperti halnya orang – orang
kebanyakan. Selain putus sekolah, Ia pun setiap hari harus rela
mengorbankan waktu bermainnya hanya untuk banting tulang mencari serangga
belalang di hutan yang hasilnya untuk di jual dan untuk di konsumsi pula.
Pencarian serangga tersebut ia kerjakan karena himpitan ekonomi dan
ketidakmampuan kakek dan
neneknya untuk bekerja. Aktifitas tersebut mulai dikerjakan Bangkit sepulang dari sekolah
hingga matahari terbenam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar